Saidaiji, Kuil Barat Besar

Salah satu dari tujuh kuil besar di Nara

Saidaiji (kuil barat besar) merupakan salah satu dari tujuh kuil besar di Nara, dan disebutkan dalam dongeng Genji. Ditemukan pertama kali pada tahun 745 yang pada awalnya terdiri lebih dari seratus gedung akan tetapi akibat kebakaran pada periode Heian (749 hingga 1185) banyak gedung hancur dan ditinggalkan sementara. Berfungsi sebagai pasangan untuk kuil yang lebih terkenal Todaiji (Kuil Timur Besar) di Nara dan merupakan kuil utama dari Shingon Risshu yaitu sekte beraliran Buddha setelah pendiri kuil, Eison, mengambil alih administrasi kuil pada 1238. Eisonlah yang membangun gambar utama Shakyamuni Buddha, di aula utama pada 1249. Sangat dianjurkan untuk mengunjungi Saidaiji pada pertengahan sore ketika matahari berada rendah di langit dan menampilkan cahaya hangat dan bayangan di sekitar wilayah kuil.

Rumah Aizen-do menampung patung kecil tetapi garang Aizen-Myo. Merupakan harta karun berharga milik Saidaiji dan menjadi alasan utama pengunjung Jepang untuk datang dan melihat. Aizen adalah penjaga Jepang dalam melawan invasi asing dan oleh karena itu memiliki arti penting bagi pengikut Buddha. Masuki aula Shiodo dengan harga 300 yen dan juga aula utama yang memiliki patung kayu, Shaka Nyorai Shitsuzo.

Kuil Saidaiji kehilangan kekuatannya selama periode Kamakura dari 1192 hingga 1333. Seseorang dapat kembali ke waktu lampau dan merasakan bagaimana kehidupan sembilan ratus tahun lalu ketika komplek kuil Saidaiji berada pada puncak kejayaan. Secara khusus, amati langit-langit dan ubin yang indah. Tidak seperti kuil besar lainnya, Saidaiji tetap mempertahankan kayu sebagai bagian dari konstruksi yang membuatnya terlihat lebih otentik dan indah. Berdasarkan fakta, gedung utama terbakar pada 1502 tetapi dibangun kembali selama periode Edo, beberapa saat sebelum 1856.

Berlokasi dekat dengan stasiun Yamato-Saidaiji yang sibuk, kuil Saidaiji memiliki suasana tenang sesaat ketika masuk dinding kuil. Lokasinya dekat dengan stasiun Yamato Saidaiji hanya tiga menit jalan kaki dari stasiun. Ketika mendekati pintu masuk, dinding besar mengelilingi komplek kuil berdiri tegak di depan Anda dan membuat decak kagum akan ukurannya. Pertama-tama, Anda akan memasuki parkir mobil, yang pada hari libur akan dipenuhi hingga 200 kendaraan, berhati-hatilah dengan bis tur yang berputar pada jalan satu jalur. Memasuki daerah kuil tidak perlu membayar akan tetapi seperti disebutkan sebelumnya, tiket masuk dibutuhkan untuk memasuki beberapa gedung. Anda dapat membeli tiket masuk ke setiap gedung tetapi direkomendasikan untuk membeli tiket terusan, cukup membayar satu tiket dengan satu harga maka dapat memasuki seluruh gedung. Untuk memberikan sedikit gambaran, Anda dapat mengunjungi situs ini dan melihat berbagai macam lukisan di kuil Saidaiji.

Kuil Saidaiji juga terkenal dengan upacara minum teh dengan cukup membayar uang masuk Anda dapat minum teh dari mangkuk teh besar. Anda mungkin memerlukan bantuan dari orang yang duduk di dekat Anda untuk memegang mangkuk dengan diameter sebesar 30 cm. Tersedia penjelasan mengenai upacara minum teh (matcha) bersama dengan penganan tradisional, biasanya manisan Jepang (wagashi). Upacara minum teh telah dilakukan sejak 1239 dan lingkungan sekitar memberikan suasana yang harmonis dan tenang. Saya percaya bahwa ini adalah pengalaman unik yang harus diikuti apabila Anda mendapatkan kesempatan. Dibutuhkan reservasi sebelumnya untuk ikut berpartisipasi dalam upacara dan cukup membayar 1,000 yen. Upacara memakan waktu kurang lebih satu jam. Sebanyak tiga puluh orang dapat berpartisipasi pada saat yang bersamaan di aula teh akan tetapi upacara teh pribadi juga dapat dilakukan.

Selama musim panas, kuil Saidiji menyelenggarakan festival tarian musim panas untuk warga lokal dan warung-warung makanan didirikan di sekitar lingkungan kuil. Selama tahun baru jika pergi ke kuil pada saat tengah malam akan ditemukan orang-orang berdiri berbaris mengantri di depan aula utama untuk berdoa mendapatkan peruntungan baik dan memberikan uang persembahan. Anda akan sering melihat orang Jepang membuang uang ke dalam kotak yang telah disediakan, membunyikan lonceng besar dan bertepuk tangan ketika berdoa kepada dewa dalam kuil.

0
0
Apakah artikel ini bermanfaat?
Help us improve the site
Give Feedback

Tinggalkan komentar

Thank you for your support!

Your feedback has been sent.