Karena kelaparan setelah penerbangan yang panjang menuju Bandara Naha, saya bertanya kepada resepsionis di Konter Informasi di lantai kedatangan tempat terbaik untuk menikmati makanan Okinawa. Saat dia menulis dalam karakter Jepang "Restoran Bandara Naha", saya sedikit bingung, rasanya seperti saya sedang mengetik kata-kata ini di mesin penerjemah. Apa iya? Ada restoran dengan nama itu? Setelah saya berjalan sejauh dari ujung ke ujung bandara domestik ini, saya menemukannya, terselip di ujung selatan aula kedatangan, hingga Anda bahkan tidak bisa mengakses Wi-Fi bandara. Saya menyimpulkan bahwa seorang akuntan mungkin memilih nama dan lokasinya untuk menghemat biaya. Syukurlah porsi makanannya cukup banyak dan rasanya enak, jadi formula restoran ini bisa dibilang berhasil.
Seperti kantin pekerja atau sekolah, ada peraturan tak tertulis bagaimana cara memesan di sini, tapi semua orang sudah tahu apa yang harus dilakukan, dengan sebagian besar pengunjungnya adalah penduduk setempat dan staf bandara seperti pilot dan staf keamanan yang menikmati masakan buatan sendiri terbaik di bagian Naha ini.
Wisatawan sangat disambut di sini dan jika Anda terlihat sedang tersesat, para pelayan dengan senang hati akan membantu. Meskipun tidak ada Wi-Fi, di sini dilarang merokok saat makan siang dan juga ada layar monitor keberangkatan penerbangan. Pengunjung Honshu dimanjakan dengan bendera-bendera tim bisbol kesayangan mereka yang menghiasi dapur terbuka, seperti Fighters, Dragons, Hanshin Tigers, Yokohama Bay Stars, Tokyo Giants, dan Swallows. Bahkan di sini pertandingan bisbol disiarkan non-stop, jadi restoran ini adalah tempat terbaik untuk mempelajari olahraga paling populer di Jepang. Jika Anda tidak menyukai bisbol, ada juga meja konter dengan berbagai manga dan buku serta majalah untuk dibaca, sedangkan koran Jepang tersusun di rak.
Saya memesan paket makan siang Goya Champaru dengan harga sangat murah yaitu ¥650. Irisan daging babi rasanya sangat enak, sampai-sampai setelah selesai makan saya menjilati bibir saya karena rasanya seperti daging asap berkaramel, suatu kebiasaan yang tidak pernah saya lakukan lagi sejak kecil. Pesanan saya ini rasanya sangat pas berkat renyahnya tumis tauge dan wortel, dan pare Goya yang tidak terlalu pahit, karena irisanya sangat tipis, yang dikombinasikan dengan telur orak-arik selembut krim serta irisan tahu super lembut dan enak. Sup dan nasinya biasa saja tapi sentuhan masakan rumahannya masih terasa.
Koki paruh baya yang bekerja di sini mungkin tidak banyak tersenyum, dan jendela besar di belakang saya hanya memiliki pemandangan tempat parkir mobil, tapi ini bisa dibilang restoran sederhana dengan makanan yang enak. Sudah ada pengunjung yang makan siang pada pukul 11.00 dan pada pukul 11.30 bahkan antriannya sangat panjang, karena hanya ada satu mesin penjual otomatis (hanya memproses uang tunai dengan uang kembalian) untuk memesan satu dari 30 menu makanan yang tersedia seperti irisan daging babi Tonkatsu atau nasi kari, serta berbagai makanan favorit Okinawa yang kemudian akan diantarkan oleh pelayan. Mesinnya hanya dalam Bahasa Jepang, tapi replika makanan plastik yang tersedia akan memudahkan Anda dalam memilih. Makanan dan pengunjung di sini bergerak cepat sehingga selalu ada tempat duduk, dan mereka juga memiliki kotak bento untuk dibawa pulang. Dalam sekitar satu jam lebih saya melihat setiap meja setidaknya dua kali berganti pengunjung. Nasi omelet menjadi favorit pengunjung hari itu, sedangkan mie babi Okinawa adalah menu favorit abadi di sini. Ada juga dua menu spesial yang ditulis papan tulis yang hanya dalam Bahasa Jepang, tapi bahkan jika Anda memilih makanan secara acak, Anda akan tetap puas karena semua rasanya pas dan tidak ada yang bertabrakan. Untuk yang menyukai makanan manis, ada es krim Blue Seal, yang merupakan cara terbaik menyudahi kuliner Okinawa Anda.