Mungkin Nara tak seterkenal Kyoto, padahal Nara merupakan ibukota permanen pertama Jepang. Nara menjadi ibukota Jepang pada tahun 710-784 hingga kemudian dipindahkan ke Kyoto karena pengaruh ajaran Buddha sudah begitu kuat di Nara. Kuatnya ajaran Buddha yang berkembang di Nara masih bisa dilihat hingga sekarang. Nara menjadi kota yang paling tepat bagi Anda yang ingin mengetahui akar budaya Jepang. Di sini terdapat kuil pertama dan terbesar di Jepang. Tak hanya itu, bagi pecinta binatang, Nara menjadi kota yang paling seru untuk dikunjungi karena Anda dapat bertemu rusa-rusa lucu bebas berkeliaran.
Salah satu tempat yang paling sering dikunjungi di Nara Park adalah Todai-ji. Merupakan rumah bagi Daibutsu atau patung Buddha terbesar se-Jepang. Daibutsu-den atau aula yang menyimpan patung Buddha ini merupakan bangunan kayu terbesar dunia, juga telah masuk ke dalam daftar World Heritage oleh UNESCO. Ketika tiba di depan pintu masuk, kita akan disambut terlebih dahulu oleh toko-toko souvenir. Ada juga becak khas Jepang yang ditarik oleh para pemuda, kalau naik nanti akan didongengi juga. Sore hari itu juga saya melihat banyak anak-anak sekolah yang berkumpul di pelataran pintu masuk, sepertinya mereka sedang studi-wisata. Tak ketinggalan, banyak sekali rusa-rusa bebas berkeliaran. Memohon-mohon ke pada pengunjung untuk memberikan shika sembei atau biskuit rusa (¥150).
Sebelum bisa melihat Daibutsu, pertama-tama kita akan disambut oleh Nandai-mon yang dijaga oleh dua buah patung besar. Setelah melewatai Nandai-mon, kita akan berjumpa dengan Todaiji Museum yang baru dibangun pada 2011. Ikutilah terus jalanan berbatu menuju loket tiket. Kita akan dikenakan biaya masuk sebesar ¥500. Dari loket, saya terus berjalan melewati koridor dan ketika menengok ke arah kiri saya bedecak kagum. “wooow. gede banget”.
Terdapat pelataran luas sebelum masuk menuju Daibutsu-den. Kita juga bisa membasuh tangan dan berkumur di choyuza yang memang biasa terdapat di kuil-kuil. Begitu memasuki pintu masuk, kita langsung disambut oleh patung Buddha setinggi 15 meter. Orang Jepang yang berkunjung kebanyakan berdoa dulu di depan patung Buddha sebelum memulai berkeliling di dalam aula ini. Tak hanya patung Buddha, kita juga menjumpai berbagai patung berukuran besar, seperti avalokiteshvara dan dewa-dewi lainnya.
Jadi, bangunan yang sekarang kita lihat ini merupakan hasil rekonstruksi yang dilakukan pada tahun 1692 dan ukurannya yang sekarang hanya dua per tiga ukuran aslinya. Tak bisa membayangkan lebih jauh lagi seberapa besar ukuran aslinya? Di dalam aula ini juga terdapat replika ukuran-ukurannya yang terdahulu serta yang sekarang, jadi bisa membandingkan seberapa bedanya.
Ada yang unik di dalam hal ini. Ada sebuah pilar besar yang di bagian bawah terdapat lubang cukup besar. Bagian ini memiliki mitos, siapa yang berhasil melewati lubang tersebut maka keinginannya akan terkabul. Meskipun agak mustahil bagi orang dewasa untuk melewati lubang di pilar ini namun banyak orang tua yang menyuruh anak-anaknya masuk melewati lubang di pilar tersebut.