Kuil Eikan-do Kyoto, berada di sebelah utara Kuil Nanzen-ji pada kaki gunung Higashiyama, secara resmi disebut dengan Kuil Zenrin-ji. Akan tetapi saat ini, Kita dapat menyebutnya Eikan-do yang berasal dari Biksu Eikan. Kuil ini memiliki koridor vertikal menarik yang membawa pengunjung berwisata ke atas, ke bawah, dan mengelilingi seluruh area kuil. Dikarenakan kuil sangat populer dengan keindahan daun musim gugurnya, koridor panjang kayu dan juga daerah kuil penuh dengan banyak pengunjung pada musim gugur. Jadi, Saya merekomendasikan pergi ke Eikan-do di musim lain agar dapat menikmati keindahan mengelilingi koridor. Akan tetapi, sebelum memberitahukan Anda mengenai rute koridor, Saya ingin membagi sebuah cerita menarik mengenai Biksu Eikan.
Biksu Eikan (1031-1111)
Eikan menjadi biksu Kuil Zenrin-ji (Eikan-do) ketika berusia 11 tahun. Eikan kemudian masuk Kuil Todai-ji Nara (akademi kebiksuan paling maju di Jepang) untuk belajar berbagai dokrin agama Buddha, yang semuanya berhasil dikuasainya. Akan tetapi ketika berusia 30 tahun, Eikan mulai berpikir serius mengenai cara merawat orang miskin dan lemah. Maka Eikan lebih cenderung memuja rasa kemanusiaan Amitha Budha. Akhirnya, Eikan memutuskan meninggalkan Kuil Todai-ji dan kembali ke Kuil Zenrin-ji untuk tujuan ini. Pada saat itu, Eikan dipercaya menjaga patung Amitha Budha sebagai hadiah dari beberapa biksu penting di Kuil Todai-ji. Akan tetapi, pada perjalanan pulang, beberapa biksu yang kurang senang dari Kuil Todai-ji mengikuti Eikan dan mencoba mengambil kembali patung tersebut. Akan tetapi patung tersebut melekat erat pada punggung Eikan dan seperti tidak mau dipisahkan. Para pengejar tersebut akhirnya menyerah dan kembali ke kuil.
Sepuluh tahun kemudian, pada pagi hari bulan Februari, Eikan sedang berdoa sambil berjalan mengelilingi patung yang sama ketika tiba-tiba muncul orang berjalan di depan sedang berdoa. Eikan melihat orang tersebut. Kemudian melihat orang tersebut lagi. Kemudian menyadari bahwa orang tersebut adalah Amitabha Buddha! Takjub dengan peristiwa tersebut, Eikan berhenti berjalan. Kemudian Amitabha Budha melihat ke belakang melalui bahu dan menegur dengan penuh perhatian: “Terus berjalan, Eikan!” Eikan berdoa dengan sungguh-sungguh agar Amitabha dapat tetap berada ditempatnya. Maka Amitha terus melihat ke belakang untuk lebih dari 900 tahun! (lihat foto No. 12).
Rute Berkeliling (Lihat video ini)
Setelah memasuki gerbang Chumon, berbelok ke kanan dan akan segera menemukan gedung (Dai-gen-kan) di sebelah kiri. Ini adalah pintu masuk menuju rute koridor. Pertama, koridor dibentuk mengelilingi taman dalam dan kemudian melewati aula dimana terdapat tempat berdoa beberapa patung Budha yang indah. Berjalanlah perlahan-lahan, rasakan kesunyiannya, dan nikmati menyentuh papan kayu halus di kaki Anda. Sangat nyaman. Sementara berjalan melewati koridor, Anda akan segera menyadari hal yang menarik: Karena kuil berada pada sisi bukit, akan terasa seperti labirin, dengan bangunan, dinding dan koridor berjalan ke sini ke sana ke semua arah. Ketika berjalan berkeliling, Anda akan melihat pengunjung di atas atau di bawah Anda. Hal ini sangat mirip dengan pengalaman masa kecil ketika masih di sekolah dan memperhatikan pelajar yang lebih senior dari kejauhan, mengetahui bahwa suatu saat Kita juga akan berada di sana.
Di belakang Aula Miei-do, terdapat peralatan air, yang disebut Suikinkutsu. Membuat nada sama dan menyenangkan ketika Kita menjatuhkan air ke dalam cekungan antara beberapa batu kecil. Di sini, koridor terbagi menjadi dua arah: Sebuah tangga melengkung menarik (mengarah ke atas kiri) atau tangga lurus normal mengarah menuju Aula Amida-do, di sebelah kanan.
Tangga melengkung, Garyu-ro
Garyu-ro berarti ‘koridor menyerupai bentuk naga tertidur’. Tangga melengkung anggun, dan kombinasi atap dan tangga terlihat seperti ini. Berjalan ke atas dan ke bawah tangga kayu terbuka dan beratap, membuat Anda merasa seperti masuk melewati perut naga besar. Anda akan melihat pemandangan indah dari hutan terdekat, dan ketika mencapai atas, pemandangan pegunungan dikejauhan dan keseluruhan wilayah kuil terpampang luas di bawah. Hal yang sangat menakjubkan adalah keseluruhan koridor dibangun tanpa paku.
Aula Amida-do (Aula untuk Amitabha Buddha)
Naiklah ke tangga atas dan lewati aula kecil (berisi tablet memorial Budha). Ini adalah aula Amida-do tempat Amitabha Budha berbicara kepada Biksu Eikan. Patung Budha berdiri di pusat, melihat melewati bahu sebelah kiri pada Eikan, dan pada pengunjung.
Mengenai Seri ini
Periode Heian Jepang merupakan era bangsawan. Rasa seni para bangsawan ditemukan dalam cara mereka mendisain bangunan dan taman. Bangunan sering kali tidak memiliki dinding, akan tetapi jendela berkisi dan pintu geser mengelilinginya. Ketika kisi atau pintu seluruhnya terbuka, bagian dalam kamar menjadi bagian dari dunia luar. Koridor luar beratap menghubungkan setiap bangunan juga menjadi tempat dimana mereka dapat menyentuh alam, menikmati taman, dan menarik serta merasakan udara segar, tetap terlindung dari hujan, salju, dan panasnya sinar matahari. Para bangsawan senang menikmati perubahan musim taman, dan sentuhan nyaman kayu dari koridor luar mengesankan ini.
Kuil-kuil yang tercakup dalam seri ini (lihat bawah) semuanya dibangun pada periode Heian, dan dihormati karena penataan indah koridornya. Saya harap Anda juga akan menikmatinya sama seperti yang Saya rasakan!
- Kuil Eikan-do (dibangun pada tahun 853): Wisata melalui rangkaian koridor vertikal, mengarah ke tingkat yang lebih tinggi
- Kuil Daikaku-ji (dibangun pada tahun 876): Wisata melalui labirin koridor horisontal panjang
- Kuil Ninna-ji (dibangun pada tahun 888): koridor zig-zag menghubungkan taman pasir dan kolam
- Kuil Shoren-in (dibangun pada tahun 1150): koridor sepatu kuda menghadap tiga taman
Apabila Anda menikmati seri ini, Anda juga mungkin tertarik pada Disainer Taman Terkenal. Seri ini memperkenalkan lima taman Kyoto paling terkenal.