Pada 11 Maret 2011, pengunjung di Wada Strawberry Tourism Association atau Asosiasi Wisatawan Stroberi Wada sedang menikmati kegiatan petik stroberi ketika tiba-tiba terjadi gempa bumi. Semua orang dipulangkan, dan satu jam kemudian air laut setinggi 6 kaki menyapu semua yang ada di jalan. Lima tahun kemudian, stroberi yang manis terjual habis dalam satu jam, dan udara dipenuhi suara obrolan dan jari yang lengket karena sari stroberi dan susu kental manis.
Saya mengunjungi Wada Strawberry Tourism Association kurang dari dua minggu sebelum peringatan lima tahun setelah bencana gempa bumi, tsunami, dan nuklir tahun 2011. Di sampingnya terletak toko kecil yang menjual stroberi, selai, dan plastik transparan untuk rumah kaca. Kami diarahkan untuk sampai ke suatu rumah kaca di area tengah dan diberikan satu baki plastik dengan pembagi untuk memisahkan sampah daun sisa stroberi yang saya makan dengan susu kental yang digunakan untuk mencelupkan stroberi.
Sebelum bencana, pengunjung harus membungkuk untuk mengambil stroberi dari tanah dan membersihkan kotorannya. Namun, salah satu dari fitur menarik yang ada di perkebunan yang baru adalah pot untuk menanam stroberi yang berisi kelapa parut, bukannya tanah. Perubahan ini dilakukan karena dekatnya jarak tempat ini dengan tempat pembangkit tenaga nuklir yang bocor—walaupun sudah ada kepastian bahwa tanah tidak terpengaruh. Ini menjadi salah satu daya tarik dari perkebunan yang satu ini, karena memudahkan anak-anak maupun orang dewasa untuk memetik stroberi yang bersih dan mudah diraih.
Walaupun saya sangat menikmati memakan stroberi enak lebih banyak daripada yang seharusnya, saya juga tersentuh mendengar kisah dan kegigihan dari semua orang yang mengoperasikan Wada Strawberry Tourism Association. Ketika tsunami sudah menyapu setengah dari tanaman mereka, yang setengah lagi mereka bagikan kepada para pengungsi di minggu-minggu setelahnya.
Pada tahun setelah bencana tersebut, sukarelawan dari seluruh Jepang datang ke lokasi untuk membantu membersihkan sisa-sisa kehancuran. Termotivasi dari bantuan orang-orang ini, setahun kemudian Wada Strawberry Tourism Association memutuskan untuk membangun kembali tempat mereka. Walaupun angka pengunjung mengalami penurunan drastis, mereka berusaha keras mencari cara meyakinkan pengunjung untuk datang kembali dan menunjukan kepada komunitas bahwa produk agrikultural mereka aman untuk dikonsumsi.
Tahun-tahun berikutnya, pengunjung mereka kembali secara perlahan-lahan. Walaupun belum kembali ke tingkat sebelum terjadinya bencana, mereka memperkirakan jumlah pengunjung akan kembali normal tahun depan. Apa yang membedakan mereka dengan stroberi yang dijual di toko adalah, selain tempat yang ideal untuk menanam stroberi, stroberi yang mereka jual dibungkus ketika sudah memasuki tahap paling matang, sedangkan stroberi di toko biasanya dijual beberapa hari sebelum tingkat kematangan optimal.
Saya pribadi menikmati kunjungan ke Wada Strawberry Tourism Association, walaupun saya memang makan terlalu banyak. Stroberinya sangat enak dan perkebunan ini memastikan memutar giliran rumah kaca untuk ditanami sehingga selalu ada stroberi segar untuk dipetik. Walaupun Anda tidak bisa memetik untuk dibawa pulang ke rumah, Anda bisa membeli stroberi di toko mereka di area parkir.
Untuk mereka yang mencari makanan selain stroberi, ada tempat barbekyu yang bisa disewa mulai pukul 11.00-16.00 seharga ¥500 per orang, untuk 90 menit. Bila Anda tidak ingin membawa bahan makanan sendiri, mereka menyediakan paket seharga ¥1.100 per orang (minimum 4 orang) yang mencakup daging babi, daging domba, dan sayuran. Anda perlu mereservasi tempat, yang bisa dibuat paling lambat sehari sebelum pemakaian.
Harga untuk petik stroberi all-you-can-eat bergantung pada musim, tapi hanya berkisar antara ¥900 hingga ¥1,400 (setengah harga untuk anak sekolah dasar atau lebih muda). Kegiatan petik stroberi bisa dilakukan mulai dari 17 Januari sampai akhir Mei, dengan Januari sebagai musim yang paling baik (¥1,400) terus turun hingga Mei (¥900). Tersedia pula paket grup untuk pengunjung yang datang bersama rombongan lebih dari 25 orang.