Kemahsyuran Tokyo Camii telah menjadi bahan perbincangan setiap wisatawan yang berkunjung ke Tokyo. Masjid yang dibangun pada tahun 1938 atas inisiatif imigran Turki ini begitu indah, megah, dan selalu diramaikan oleh kedatangan umat. Tak hanya umat muslim tapi juga wisatawan yang ingin mengetahui lebih banyak tentang Islam dan perkembangannya di Jepang, khususnya Tokyo.
Menemukan Tokyo Camii di Central Tokyo seperti menemukan oase di padang pasir bagi saya. Ya, meskipun muslim di Jepang telah mencapai angka 10% dari total jumlah penduduk, harus diakui tidak terlalu mudah menemukan tempat beribadah di Tokyo.
Masjid hakikatnya menjadi sarana bertukar ilmu, pengetahuan juga tempat berkumpulnya umat untuk bersilaturahim. Itulah yang coba diwujudkan oleh Tokyo Camii. Camii dalam bahasa Turki berarti masjid. Masjid ini dibangun pada tahum 1938 dan mengalami renovasi yang cukup masif di tahun 2000.
Salah seorang volunteer guide menjelaskan pada saya bagaimana beberapa kali masjid ini mengalami renovasi karena berbagai sebab; perang, gempa bumi, juga kerusakan struktur bangunan gedung. Tak heran jika masjid Tokyo Camii kini berdiri sangat indah dengan setiap detail berciri arsitektur klasik Ottoman Turki yang cantik di setiap sudutnya.
Untuk mendukung fungsinya, Tokyo Camii memiliki beberapa ruang selain tentunya bangunan masjid untuk sholat. Ada ruang perpustakaan serta toko suvenir yang menjual bermacam cindera mata dan makanan khas dari Turki. Pihak masjid pun menyediakan layanan tur untuk wisatawan yang ingin melihat keindahan arsitektur masjid, serta mengenal dari dekat bagaimana umat Islam beribadah dan beraktivitas di dalam masjid.
Untuk muslimah yang ingin sholat namun tidak membawa mukena, jangan khawatir, pihak masjid menyediakan abaya sholat yang bisa dipergunakan. Tempat wudlunya pun sangat nyaman. Tokyo Camii hanya berjarak sekitar 10 menit berjalan kaki dari Stasiun Yoyogi Uehara.