Nara, sebuah kota yang kaya akan sejarah dan tradisi, sampai hari ini tetap menjadi bukti kejayaan masa lalu sebagai bekas ibu kota dan pusat budaya Jepang. Alam sama berharganya di kota di mana pohon-pohon dan taman-taman dihargai lebih tinggi dari bangunan buatan manusia dan manusia serta rusa hidup berdampingan dalam harmoni yang sempurna.
660 hektar tanah yang membentuk Taman Nara menjadi menarik karena hektaran tanah ini diisi dengan sejumlah besar populasi rusa. Rusa telah dihormati selama berabad-abad di Nara dan telah menjadi sangat jinak. Wisatawan dapat menikmati saat memberi makan, membelai dan mengambil gambar dengan rusa dalam perjalanan mereka di antara situs bersejarah. Dalam sehari, klakson dibunyikan dua kali dan rusa akan berkumpul di satu lokasi untuk makan.
Taman itu sendiri berisi beberapa kuil penganut Buddha dan Shinto yang terkenal di dunia. Sepanjang periode sebagai ibukota kuno Jepang (tahun 710-784), di Nara dibangun banyak kuil dan bangunan. Banyak bangunan tersebut yang sunguh-sunguh telah dilestarikan dan tetap utuh sepenuhnya sampai hari ini. Di antara mereka, yang terkenal adalah Tōdai-ji, dimana perunggu Buddha yang besar ini masih berdiri kokoh hingga sekarang. Dengan tinggi lebih dari 15 meter dan berat lebih dari 380 ton, Daibutsu (sebutan tidak formal untuk patung Buddha besar) ini adalah patung Buddha perunggu terbesar di dunia. Patung ini dibangun atas perintah Kaisar Shomu di abad ke-8 untuk tujuan "kebahagiaan rakyat."
Tōdai-ji sebenarnya mengacu pada sebuah kompleks kuil Buddha, dimana di antaranya yaitu Aula Buddha, Daibutsu-den, merupakan kuil yang paling populer. Juga ada Nigatsu-do yang merupakan panggung observasi yang berada di dekatnya yang memungkinkan pengunjung untuk naik dan mendapatkan pemandangan yang luar biasa dari kota.
Lebih jauh ke selatan, Kuil Shinto Kasuga Taisha dan hutan primitifnya telah melindungi ibukota kuno sejak tahun 768. Terdiri dari beberapa bangunan, tempat suci ini menonjol dengan lanskap lewat warna merah flamboyannya. Lebih dari 3.000 lentera menambah keindahan tempat ini. Selama Setsubun/nama perayaan melempar kacang sekaligus istilah yang digunakan di Jepang untuk hari sebelum hari pertama musim semi (tanggal 2-4 Februari) dan Obon Mantoro (tanggal 14-15 Agustus), lentera menyala serentak untuk memberikan pengalaman yang benar-benar indah. Untuk gambaran dari suasana yang unik dalam festival ini, ada ruangan dengan deretan lentera menyala dibuka sepanjang tahun.
Di luar taman, Nara diisi dengan situs sejarah tambahan yang tidak boleh dilewatkan. Kuil Buddha untuk pengobatan, Yakushi-ji, adalah contoh sempurna. Didirikan pada tahun 680 di Asuka, ibukota sebelumnya Jepang, kuil kuno ini dibangun atas perintah Kaisar Tenmu untuk penyembuhan Ratu. Ketika kota Nara menjadi ibukota berikutnya, kuil itu dipindahkan dari Asuka dan pindah ke Nara. Kuil ini menampilkan beberapa patung Buddha penyembuh yang melambangkan negara-negara yang dilintasi Jalan Sutra. Serangkaian koleksi indah pepohonan prem di dekatnya juga menarik banyak pengunjung saat musim semi datang.
Landmark terkenal lainnya adalah Toshodai-ji, yang didirikan oleh seorang biarawan Cina untuk mengajar agama Buddha. Situs ini adalah salah satu struktur yang paling awal dibangun untuk Buddhisme di Jepang. Semua situs tersebut terdapat dalam daftar "Monumen Bersejarah Nara Kuno" yang didaftarkan sebagai Situs Warisan Budaya Dunia Unesco pada tahun 1998.
Mengunjungi Nara juga merupakan kesempatan untuk menemukan rasa baru. Jangan lewatkan spesialisasi setempat seperti kaki no ha zushi, sushi salmon dibungkus daun kesemek, atau cha-gayu, campuran halus beras dan teh hijau.
Wajah Nara berubah melewati musim dan bahkan jam dalam sehari. Kamu perlu melihat Nara lebih awal di pagi hari untuk mendapatkan kesempatan menghadiri doa pagi para biarawan di Kasagu Taisha. Musim semi dan musim gugur membawa warna yang indah pada pepohonannya dan pada musim panas diisi dengan kehijauan yang indah. Nara adalah tujuan yang menawan dengan percampuran hebat sejarah dan alam yang harus dieksplorasi oleh siapa pun yang mengunjungi wilayah Kansai Jepang.