Ibukota Jepang yang super sibuk memiliki sebuah museum baru. Buka 24 jam, gratis, dan ada di mana-mana. Tokyo Good Museum buka sejak September 2016. Kalau Anda mau berkunjung, berjalan-jalan saja di sekitar kota, buka mata dan amati sekitar. Cukup dengan mengamati.
Kota yang sangat modern sekaligus tradisional ini mendirikan Tokyo Good Museum dengan tiga pilar dasar: untuk menemukan contoh sifat-sifat orang-orang di dalamnya yang membuat kota ini sangat menakjubkan untuk dihuni, untuk mempelajari perilaku beradab melalui berbagai aktivitas dan workshop, serta untuk memberi wadah bagi perusahaan-perusahaan untuk berbagi ide dan teknologi yang dapat menumbukan budaya sopan santun dan budi pekerti.
Museum ini bukan dibangun atas dasar minimnya tingkah laku baik yang ada di Tokyo. Justru sebaliknya, museum ini didirikan sebagai bentuk kebanggaan penduduk Tokyo akan perilaku mereka yang beradab dan tabiat mereka yang sangat baik. Sebagai tambahan, inilah cara bagi wisatawan untuk lebih mengenal dan merasakan budaya sopan santun dan penuh hormat yang ada dalam Tokyo dan para penduduknya.
Sebuah survei internet yang diadakan pada bulan Agustus dan September 2016 menunjukkan perbedaan dramatis antara penduduk Tokyo dan wisatawan asing. Ketika sebanyak 65% pengunjung beranggapan bahwa Tokyo adalah sebuah kota bertata krama tinggi, hanya sebanyak 25% penduduk setempat yang beranggapan serupa. Perbedaan besar sebanyak 40 poin ini menunjukkan bahwa penduduk Tokyo sangatlah menganggap diri mereka rendah. Dalam survei yang sama, sebanyak 79% orang asing mengamati bahwa kota raksasa ini bersih dan teratur, sedangkan penduduk setempat yang beranggapan demikian hanyalah 41%. Perbedaan yang hampir mencapai 30 poin ini lagi-lagi dengan jelas menunjukkan perbedaan pandangan yang begitu timpang antara wisatawan asing dan penduduk Tokyo.
Melalui hasil survei ini, Tokyo Good Museum akan berfokus pada dua inisiatif utama: kurasi perilaku dan kreasi perilaku. Hal yang pertama akan difokuskan untuk menyorot dan mengangkat ke-sopan-santun-an di Tokyo, sedangkan yang kedua akan bekerja untuk menciptakan ide dan merancang konsep dari perilaku baik itu sendiri.
Proyek ini menyorot pada ide “Tokyo Bagus” atau “Tokyo Good (sehingga nama museumnya menjadi Tokyo Good Museum)” yang akan menampilkan segala hal yang bagus dari Tokyo dan menjadi wadah bagi penduduknya agar tidak lagi merasa rendah dan justru menjadi bangga akan kota dan perilaku mereka. Dalam arahan yang sama, konsep ini diharapkan dapat mencuri perhatian wisatawan agar lebih tertarik mengamati perilaku beradab sebagai sebuah bentuk elemen budaya Ibukota Jepang.