Kuil Enmei-ji

Kuil Nomor 54 dari 88 Kuil Ziarah Shikoku

Enmei-ji di Imabari adalah kuil ke 54 dari 88 kuil ziarah Shikoku. Kelihatannya kuil ini dahulu disebut “Enmyo-ji”, nama yang sama dengan kuil nomor 53 yang berlokasi di Matsuyama. Namanya diubah pada jaman Meiji.

Untuk menuju Enmei-ji, Anda harus melewati wilayah bangunan tidak rapi, setengah terbengkalai, seperti menjadi pertanda akan sesuatu yang tidak menjanjikan. Walaupun begitu, Jepang memiliki banyak hal seperti ini, jadi bukan merupakan hal yang mengejutkan ketika Anda menemukan kuil indah setelah melewatinya. Kemudian Anda harus melewati jalan sempit melewati danau. Ketika tiba di tempat parkir morbil, Anda akan menemukan diri sendiri dikelilingi kuburan. Enmei-ji memiliki dua menara lonceng, satu terdapat di dalam dan satunya berada di luar wilayah kuil. Saya menuju ke bukit kecil untuk melihat menara lonceng di tempat parkir mobil, dan menemukan batu kuburan runcing tinggi. Batu runcing ini adalah kuburan militer dari perang dunia kedua. Dari sini terdapat pemandangan indah kuil dan atap ubin spektakuler.

Ketika Anda mendekati Hondo atau aula utama, akan melihat lobak menyala indah melewati beranda pada ubin berwarna abu-abu. Di punggung atap terdapat dedaunan yang sangat elegan dan simbol beberapa lingkaran yang melambangkan sakura atau bunga ceri mekar. Di luar Hondo, sekelompok sepatu ditata dalam barisan rapi dan para peziarah tua yang memiliki sepatu tersebut sedang membaca sutra di dalam. Merupakan suara yang sangat menyenangkan, seperti paduan suara yang sangat terlatih.

Seluruh kuil pada rute ziarah Shikoku memiliki bangunan yang disebut Daishi-do untuk menghormati Kobo Daishi, pendiri ziarah ini. Di Enmei-ji merupakan perjuangan melewati tangga batu, yang juga merupakan ciri lain yang tidak biasa.

Di depan aula utama, dapat ditemukan patung kecil Budha dikelilingi bayi hijau yang terlihat seperti fetus berdoa. Ketika sedang mengira-ira apakah bayi-bayi tersebut tanda kesuburan atau sebaliknya, tiba-tiba keluar dari rumahnya seorang bisku Enmei-ji. Terlihat sebagai sebuah kesempatan bagus untuk bertanya. Saya bertanya mengenai bayi-bayi tersebut. Biksu tersebut adalah seorang pria gemuk. Menunjuk perutnya sendiri yang agak buncit, dia menjelaskan dengan gerakan tangan bahwa apabila terjadi ‘keadaan yang tidak dapat dihindari’, bayi harus digugurkan maka Budha siap menerima jiwa mereka di Enmei-ji. Saya bertanya mengenai lobak di atap. Yang ternyata melambangkan lingkaran cahaya atau semangat terbakar sang dharma.

Ketika Saya pergi, biksu membunyikan lonceng kuil. Dia berhenti sejenak untuk berdoa sekitar satu menit di antara bunyi lonceng, dan wanita di toko oleh-oleh berhenti melakukan kegiatan perdagangan dan duduk dengan dua tangan ditekan bersama dan mata tertutup erat.

Enmei-ji merupakan satu dari enam kuil ziarah yang lokasinya berdekatan di Imabari. Kuil lainnya adalah Eifuku-ji, Senyu-ji, Nankobo, Kokubun-ji, dan Taisan-ji.

0
0
Apakah artikel ini bermanfaat?
Help us improve the site
Beri masukan

Tinggalkan komentar

Thank you for your support!

Your feedback has been sent.