Kuil Zenpuku-ji didirikan oleh biksu Kobo Daishi pada tahun 824 dan kemudian berperan penting sebagai kediaman Kedutaan Amerika Serikat pertama di Jepang pada tahun 1859. Kuil ini adalah salah satu kuil tertua di Tokyo.
Anda akan menemukan Zenpuku-ji di area yang cukup sepi, dengan hanya beberapa menit berjalan kaki dari Stasiun Azabu-Juban. Kuil ini terkenal terkait empat hal utama. Selain nilai penting kuil ini karena didirikan oleh salah satu tokoh besar dalam sejarah Jepang, Anda juga akan segera menyadari nilai politiknya ketika Anda memasuki area kuil dan melihat tugu batu yang dipersembahkan untuk Townsend Harris.
Setelah Amerika Serikat menandatangani Perjanjian Persahabatan dan Perdagangan dengan Jepang pada tahun 1858, Konsulat Jenderal Amerika Serikat Harris dipromosikan ke menteri dan dipindahkan ke Zenpuku-ji, dimana ia membuka Kedutaan Amerika pertama di Jepang pada tahun 1859. Dia menggunakan ruang-ruang kuil sebagai tempat tinggal sebelum akhirnya bagian-bagian kuil dibakar dalam serangan oleh samurai dari Mito.
Ketika Anda berbelok ke kiri dan terus berjalan, Anda akan menjumpai sebuah pemakaman Buddhis yang memanjang ke atas bukit di sebelah kanan Anda. Jika Anda berusaha mendaki lereng, maka di depan Anda akan terbentang pemandangan indah ke seluruh Tokyo. Anda bahkan dapat melihat Tokyo Tower dari sini! Fukuzawa Yukichi, pendiri Universitas Keio (dan yang fotonya dapat anda lihat di uang kertas ¥ 10.000), dikebumikan di Zenpuku-ji.
Hal lain yang membuat Zenpuku-ji spesial bukanlah apa yang ada di atas bukit, melainkan di sisi kirimu: sebuah pohon gingko raksasa. Saya telah melihat banyak pohon gingko sepanjang hidup saya, tapi yang satu ini benar-benar mengesankan. Ukuran ketebalannya hampir 10 meter dan tingginya sekitar 20 meter.
Legenda menuturkan bahwa ketika kuil ini diubah menjadi tempat suci sekte Jodo Shinshu di tahun 1232, pendiri Shinran menyarankan pengikutnya untuk merunduk ke tanah. Benih-benih doa mereka tumbuh menjadi pohon gingko.
Pohon itu sebagian terbakar karena dibom pada saat Perang Dunia Kedua, namun masih tetap tumbuh dan memiliki cabang-cabang berbentuk aneh yang sangat besar. Pohon Gingko itu ditetapkan sebagai Monumen Alam Nasional pada tahun 1926 oleh pemerintah. Jika Anda datang ke sini di musim gugur, ambilah dedaunan yang jatuh sebagai souvenir dan tempelah di buku catatan perjalanan Anda!