Ketika berjalan di jalan utama Shirakawa-go, Saya menemukan rumah Wada. Kebanyakan rumah gassho bukanlah musium akan tetapi rumah keluarga. Sebagian rumah Wada adalah rumah keluarga dan bagian lainnya adalah musium. Rumah ini juga merupakan salah satu rumah gassho terbesar di desa.
Saya berjalan keluar dari jalan dan menuju jalan berbatu kerikil yang dihancurkan sambil menyusuri jalan dengan bunga liar di satu sisi dan sungai kecil di sisi lain pintu masuk. Melihat dari jarak dekat jalinan batang padi kering, sebuah metode yang telah dilakukan selama berabad-abad, sangat menakjubkan. Atap jerami telah digunakan di seluruh dunia sejak manusia pertama membangun gubuk di padang terbuka akan tetapi untuk melihat hal ini di sebuah negara modern sungguh sangat fantastik dan mengejutkan pikiran.
Saya mencopot sepatu, mengenakan sendal dan membayar biaya masuk. Saya terkejut melihat kamar utama tidak seperti yang Saya perkirakan. Kebanyakan rumah tradisional Jepang, memiliki langit-langit rendah dan kamar yang dengan mudah ditutup untuk melindungi panas atau dibuka untuk mendinginkannya. Kamar utama rumah Wada memiliki area luas lantai kayu keras dengan sudut tatami kecil dan irori. Di bagian sebelah kiri, terdapat berbagai macam display yang memperlihatkan barang-barang pernis dan milik keluarga paling berharga. Saya melanjutkan mengikuti pengunjung lain ke dua kamar di belakang, dimana terdapat satu kamar menuju taman kecil dengan geladak untuk beristirahat dan minum teh. Kamar yang lain merupakan tempat diadakannya butsudan keluarga atau kuil kelurga. Hal ini menunjukkan kepada Anda bahwa tempat ini masih digunakan. Apabila keluarga Jepang pindah ke rumah baru, maka mereka akan membawa butsudan akan tetapi karena keluarga Wada masih tinggal di rumah ini, maka masih terdapat butsudan.
Setelah beberapa menit menikmati taman, Saya berjalan kembali ke kamar utama dimana terdapat pemandu yang memberikan sejarah singkat dari rumah dan keluarga ini.
Rumah Wada menjadi harga nasional pada tahun 1995 dikarenakan ukuran dan umurnya yang telah berusia 300 tahun. Selama masa Edo memegang peranan penting sebagai rumah walikota, fasilitas produksi sutra, dan kantor perdagangan. Pemandu juga menceritakan bagaimana cara rumah tersebut di buat. Saya menemukan penjelasan tersebut sangat mengejutkan. Memakan waktu hingga empat tahun untuk membangun rumah karena menggunakan debu, rumput, kotoran ulat sutra, dan urin manusia! Semua hal ini dicampur bersama-sama dan akhirnya setelah empat tahun, rumah siap untuk dibangun.
Pemberhentian berikutnya adalah lantai dua. Hanya terdapat satu tangga curam naik ke atas lantai dua. Naik tangga seperti ini sendirian sangat sulit dilakukan sehingga membuat ngeri pada saat banyak orang bersama-sama naik dan turun tangga. Akan tetapi terdapat kamar kecil berlantai satu setengah luasnya dengan sutra tua dan peralatan pertanian yang hampir semua orang hiraukan. Saya menduga bahwa lantai dua rumah itu merupakan tempat tinggal seperti rumah padang rumput Amerika akan tetapi ternyata tidak; disinilah tempat produksi sutra terjadi. Terdapat satu kamar besar dengan contoh peralatan dan proses persiapan sutra. Bagi Saya, sutra tersebut sama sekali tidak menarik dibandingkan dengan tali besar mengikat kayu gelondong besar yang menjadi kerangka bangunan rumah. Hal itu mengingatkan Saya pada “Kayu Lincoln” yang dimainkan pada saat masih kecil.
Setelah melihat keluar di kedua ujung jendela dan mengagumi arsitekturnya, Saya kembali ke lantai satu dan keluar untuk menikmati hari cerah dan pegunungan sekitar. Rumah Wada harus dikunjungi pada saat ke Shirakawa-go bukan hanya karena telah dinyatakan sebagai harta nasional akan tetapi karena juga menawarkan contoh arsitektur tradisional, budaya, dan sejarah.