Kopi Tei berada di jalan Ikeubukuro di Tokyo, di mana terdapat kopi khas dan furnitur yang mewah. Lampu remang-remang, balok kayu ek dan dekorasi berkelas menciptakan perasaan yang sama seperti di Inggris. Selain itu, para pelayan terlihat lebih seperti pengurus rumah tangga daripada bartender, melayani pelanggan dengan alunan musik klasik Mozart bermain sebagai latar suasana. Karena tempat ini tergolong kelas atas, harga kopinya lebih mahal daripada kedai biasa. Namun, ini sepadan karena Anda membayar untuk kopi premium, dalam pengaturan high-end yang penuh dengan kemewahan.
Di Coffee Tei, 25 gram biji kopi digunakan untuk secangkir kopi dan dibuat dengan metode khusus yang disebut 'Arabiki-Ittoudate'. Ini adalah metode kontinuitas yang menuangkan air panas ke dalam bubuk kopi. Metode ini dipercaya bisa menjaga aroma dan rasa asli kopi. Kopi kemudian tersaji dalam cangkir indah yang diletakan di atas piring yang elegan dan terkesan bangsawan.
Saya sarankan Anda mencoba 'Kilimanjaro' yang cukup manis bersama dengan secangkir 'Sumatra Mandheling'. Seorang lelaki yang terlihat sedang menari dengan dewa-dewa kopi menyarankan saya untuk mencoba dua jenis ini. Kopi saya memiliki susu segar dan ketika saya mencobanya, saya bersyukur atas saran dari pria itu.
Kafe ini memiliki makanan penutup enak seperti kue keju dan Mont Blanc. Secangkir kopi saya harganya ¥760, tetapi pelayanan dan keramahannya, rasa yang luar biasa, serta suasananya yang berbeda membuatnya harganya sangat sepadan. Seandainya saya tinggal di Tokyo, mungkin ini bukan tempat yang akan saya pilih untuk minum kopi setiap hari, tetapi paling tidak harus saya datangi satu kali.
Kopi Tei terletak di dekat Stasiun Ikebukuro di jalan tambahan di samping Zara, buka dari jam 11 pagi hingga jam 22.30 malam, pesanan terakhir biasanya jam 22:00. Bir Jerman juga dijual di sini.