Harta Kuliner di Sungai Maze

Banyak yang bisa ditemukan dan tak hanya dipandang

Ada banyak tujuan wisata di wilayah Hida, Gifu, seperti sumbar air panas Gero, "Kyoto Kecil" di Hida-Takayama, dan Situs Warisan Dunia UNESCO di Desa Shirakawago. Dibandingkan dengan destinasi-destinasi wisata tadi, sekilas mungkin sepertinya tidak ada yang istimewa di Maze. Terletak di bagian selatan Hida, 95% wilayah ini ditutupi hutan cedar dan cypress. Banyak yang bilang kalau di sini jumlah populasi rusa, beruang, dan babi lebih banyak daripada populasi manusianya yang berjumlah 1.200 jiwa. Namun fokuskan perhatian Anda pada Sungai Maze sepanjang 28 km yang mengalir di antara pemukiman penduduk, sawah, dan ladang pertanian, maka Anda akan menemukan beragam kekayaan alam.

Industri setempat bergantung pada sungai jernih ini untuk budidaya padi koshihikari, buah-buahan, sayuran, dan untuk membesarkan sapi Hida. Belum lagi, sungai berwarna biru kehijauan ini terkenal sebagai tempat memancing ikan ayu, yang menarik hingga 50,000 pemancing setiap tahunnya. Di Jepang, ayu adalah ikan air tawar paling populer dan dianggap sebagai makanan berkualitas tinggi, terutama saat puncak musim ayu di musim panas.

Desa yang Cantik

Foto:

Ayu, yang harganya mahal karena aroma dagingnya yang seperti semangka, memakan lumut di atas permukaan bebatuan sungai. Fakta bahwa ikan ini hanya dapat hidup di sungai yang sangat jernih adalah bukti betapa bersihnya sungai dan hutan di daerah sekitar. Hal ini tidak terjadi begitu saja tanpa usaha dari warga setempat. Sejak 1951, Maze telah menjadi tuan rumah Kompetisi Memancing Ayu Nasional setiap tahunnya yaitu pada sekitar pertengahan Juni. Setelah acara tersebut diadakan untuk pertama kalinya, jumlah pemancing meningkat secara drastis - demikian pula jumlah sampahnya. Karena itu anggota serikat nelayan berinisiatif untuk membersihkan sampah, yang kemudian kegiatan ini juga diikuti oleh penduduk desa. Setiap tahun sejak 1988, semua penduduk menetapkan satu hari di bulan Juni dan Agustus untuk memunguti sampah yang ada di daerah sekitar. Hasilnya, kualitas air berangsur seperti dulu lagi dan sejauh ini sungai itu telah diakui beberapa kali oleh pemerintah sebagai salah satu meisui (air terbaik) di Jepang. Desa ini juga telah ditetapkan sebagai anggota "Desa-desa Terindah di Jepang" sejak 2007.

Berbagai Hadiah dari Alam

Foto:

Penduduk setempat sering mengatakan "tidak ada apa-apa di Maze," namun itu sama sekali tidak benar. Sungai Maze bukan hanya rumah dari ayu yang terkenal dengan kelezatannya, tapi di sini juga merupakan habitat bagi ikan air tawar lain seperti amago (trout bintik merah), dan iwana (char). Ada juga fasilitas budidaya ikan di sepanjang aliran sungai ini. Di sektor agrikultur, wilayah ini menghasilkan berbagai buah dan sayuran sepanjang tahun. Pada musim semi, sayuran liar seperti kuncup butterbur, baru cina, tumbuhan paku, kuncup Aralia, dan pakis burung unta bisa dikumpulkan di pegunungan. Rasa pahit sayuran musim semi dikenal bisa memperbaiki sirkulasi darah dan mendetoksifikasi tubuh Anda. Tomat, juga dikenal untuk memperbaiki sirkulasi darah, dipanen dari Juli hingga September. Tomat-tomat yang ditanam di sini rasanya sangat manis, sebab perbedaan suhu saat siang dan malam hari Maze sangat drastis. Faktor itulah yang juga memengaruhi rasa manis blueberry di pertanian organik yang berada di dekat peternakan lebah. Memetik blueberry yang bisa Anda makan sepuasnya dan mencicipi madu dapat dilakukan selama musim panas. Egoma (wijen liar), yang baru-baru ini menjadi populer di kalangan orang yang peduli kesehatan di kota, adalah tanaman asli daerah Hida. Biji-biji egoma saat dibuat menjadi pasta tak disangka rasanya seperti cokelat, tapi makanan ini lebih dari sekadar pilihan aman yang bebas gula dan lemak untuk memuaskan hasrat ngemil Anda. Ini adalah makanan super sehat yang kaya akan asam alfa-linolenat, yang tidak bisa diproduksi oleh tubuh manusia namun sangat penting untuk kesehatan.

Perjalanan Kuliner di Berbagai Musim

Foto:

Jika ada satu tempat di Maze yang dapat merepresentasikan beragam bahan-bahan makanan segar yang disediakan oleh sungai, gunung, dan pertanian lokal, itu tidak lain adalah Ryokan Maruhachi. Penginapan tradisional yang terletak di dekat Sungai Maze ini mengundang para tamu untuk bisa berwisata kuliner dengan cara secara seksama memilih makanan musiman lokal dan memperkenalkannya melalui sosaku ryori (memasak kreatif). Jika Anda berkunjung selama musim semi, menu multi-hidangan di sini mungkin akan terdiri dari amago kukus dan nasi yang dibungkus daun ceri, yang dilapisi dengan saus bening kental, dan diberi hiasan bunga sakura dan wasabi. Pada musim panas, ayu ditusuk sedemikian rupa sehingga seolah-olah masih berenang, serta ditaburi dengan garam laut, dan dipanggang di atas api terbuka berbahan bakar arang. Cara penyiapannya yang sederhana memungkinkan Anda bisa menikmati rasa manis daging ayu, namun di saat bersamaan Anda masih bisa merasakan rasa pahit dari hati ayu. Hidangan musim gugur yang menjadi bintang di sini adalah jamur dan ayu yang lengkap dengan telurnya. Pada musim dingin, ketika sapi sangat kaya dengan lemak, Hida-gyu disajikan sebagai steak. Kelembutan dan tingkat kelembaban Hida-gyu membuatnya berada di antara jenis daging wagyu Jepang terbaik, dan daging ini memang benar-benar merupakan contoh bahwa kualitas lebih baik dibandingkan kuantitas. Meskipun hidangan yang ada akan bervariasi tergantung pada saat Anda pergi ke sini, kegembiraan bisa menikmati makanan terbaik tiap musimnya selalu ditawarkan di sini.

Makanan Rumahan

Foto:

Untuk makanan yang lebih merakyat, ada Restaurant Mizube, yang memberikan Anda kesempatan pengalaman memasak menggunakan produk lokal. Menu makan siang khas mereka adalah makanan daerah yang disebut keichan, yang berarti "saus ayam." Para wanita dengan senyum lebar dan celemek merah menyiapkan wajan yang diisi dengan potongan ayam dan kubis yang dibumbui dengan bawang putih, miso buatan sendiri, dan kecap asin. Para tamu kemudian diminta untuk mengaduk bahan di atas kompor gas yang diletakkan di tengah meja makan. Setelah matang, ambillah makanan tadi dengan sendok dan taruhlah di atas semangkuk nasi putih. Bagian terbaik dari makanan ini adalah sausnya, yang akan membuat Anda meminta mangkuk kedua dalam waktu singkat. Hidangan sampingan yang disediakan di antaranya seperti talas rebus yang dilumuri dengan saus egoma, lobak daikon yang dimasak lama lengkap dengan pasta miso jelai manis, dan acar lobak yang juga sangat cocok dimakan dengan nasi dari pertanian lokal. Untuk camilan, ada goheimochi, favorit lokal lainnya yang bukan terbuat dari beras ketan. Pengunjung bisa mencoba membuatnya sendiri dengan cara menempelkan kue beras pada tusuk sate kayu, lalu membentuknya berbentuk oval, kemudian mengoleskan pasta miso dan/atau egoma di kedua sisinya, dan menaruhnya di tungku arang. Saat permukaannya mulai mengeras, itu tandanya makanan ini sudah bisa disantap. Pada musim-musim yang lebih hangat, Anda bisa makan bersama di luar ruangan di sepanjang tepi sungai.

0
1
Apakah artikel ini bermanfaat?
Help us improve the site
Give Feedback

Gabung diskusi

Vicky Amin 3 tahun yang lalu
Akhir-akhir ini lagi baca banyak banget soal Gifu! Jadi pengen ke sanaaa

Thank you for your support!

Your feedback has been sent.