Jepang adalah sebuah negara yang memiliki banyak desain pola pewarnaan, dengan tiap daerah yang memiliki desain khas mereka masing-masing. Toko Pewarnaan Nambu telah memproduksi kain berwarna khasnya sejak pertengahan abad ke-17. Toko ini sekarang bisa ditemukan setelah Anda menyeberangi jembatan Yugaosebashi (pemandangan indah Gunung Iwate bisa terlihat di hari yang cerah), berjarak sekitar 12 menit berjalan kaki dari Stasiun Morioka. Pengunjung tidak hanya dipersilakan untuk melihat-lihat bagian depan toko, tapi juga diajak mempelajari lebih lanjut tentang sejarah pewarnaan Nambu dengan mengunjungi museum toko mereka yang ada di lantai 2.
Di sini proses produksi pewarnaan Nambu diperkenalkan dengan menggunakan peraga-peraga menarik yang terdiri dari kombinasi foto-foto, barang-barang yang digunakan dalam proses produksi, dan benda-benda bersejarah lain yang berhubungan dengan toko ini. Pada kesempatan itu, saya cukup beruntung bisa melihat pajangan boneka porselen yang berasal dari abad ke-18 yang dipajang saat perayaan hari anak laki-laki (salah satu dari lima perayaan sekku Jepang). Di antara barang yang dipamerkan ada stensil tradisional atau kata yang digunakan untuk membuat pola pewarnaan. Stensil dibuat dari kertas washi Jepang yang diberi shibu (ekstrak kesemek Jepang) untuk membuat kertas lebih tahan air. Dengan menambahkan shibu, stensil dapat digunakan berulang kali tanpa merusak bentuknya.
Diperlukan dua langkah utama untuk membuat pola pada stensil. Yang pertama adalah menggambar polanya dan yang kedua adalah memotong polanya menggunakan pisau yang sangat kecil dan tajam. Di sudut tersembunyi di belakang pabrik kecil yang berdekatan dengan toko, ada area yang digunakan untuk menyimpan stensil yang berasal dari seratus tahun lalu atau bahkan lebih lama lagi. Hal yang menarik dari stensil zaman dulu adalah ukurannya yang lebih kecil daripada stensil yang digunakan sekarang. Ini karena orang sekarang badannya lebih besar daripada orang dulu, dan itu kemudian mempengaruhi ukuran dan dimensi pola yang saat ini digunakan.
Pewarnaan Nambu memiliki beberapa karakteristik yang sama dengan kain pewarnaan yang diproduksi di negara lain seperti Cina dan Indonesia. Kain-kain dari kedua negara ini bisa ditemukan di museum. Salah satu karakteristik yang membedakan pewarnaan Nambu dari negara-negara lain adalah penggunaan lem beras yang disapukan di stensil, yang meninggalkan pola desain pada kain ketika stensil dilepas. Stensil lalu ditaruh di samping bagian kain yang tadi sudah diolesi lem, kemudian lem disapukan kembali di atas kain dan setelah itu stensil dilepas lagi. Proses ini diulangi sampai seluruh bagian kain polos terlapisi dengan pola. Penggunaan lem beras membuat polanya terlihat sangat jelas, karena lem mempertahankan bentuk pola dengan sangat baik dan mudah dihilangkan ketika kain yang telah dicelupkan pada pewarna dicuci dengan air. Desain stensil yang saat ini digunakan toko pewarnaan Nambu menggabungkan desain-desain tradisonal terbaik yang telah diturunkan turun-temurun dari satu pengrajin ke pengrajin selanjutnya selama berabad-abad.
Kain yang sudah berpola kemudian ditempelkan di antara dua tiang bambu dengan pola menghadap ke tanah. Air lalu disapukan dengan perlahan ke bagian belakang kain yang polos dan kemudian dikikis dengan pisau. Langkah ini membantu memastikan bahwa lem beras diserap oleh kain dengan sempurna. Kemudian secara bersamaan para pengrajin membalik kain sehingga desain menghadap ke atas dan memasukkan batang bambu tipis dengan jarak 10 cm untuk mencegah desain agar tidak kusut. Lalu mereka membakar arang di bawah kain untuk mempercepat proses pengeringan awal, meskipun sekitar dua puluh menit kemudian kain diangkat lebih tinggi lagi di tiang bambu agar bisa kering secara alami.
Fitur unik pewarnaan Nambu didapat karena daerah Iwate di masa lalu relatif terisolasi dari daerah lain. Sementara banyak produsen kain pewarnaan yang mempercayakan berbagai aspek dari proses produksi seperti desain stensil, lem, dan pewarnaan pada beberapa toko yang berbeda, toko Nambu melakukan seluruh proses produksi tersebut dari awal hingga akhir.
Pewarnaan dengan teknik celup dulunya dilakukan dengan mencelupkan kain ke pot tembikar besar yang terkubur di tanah dan meskipun pot-pot tersebut masih digunakan, sekarang kain-kain dimasukkan ke dalam mesin modern, di mana kondisi optimal untuk pewarnaan dapat dipertahankan lewat pemantauan dan pengontrolan suhu.
Toko ini sendiri memiliki dua bagian. Satu bagian memiliki gulungan-gulungan kain cantik, yang sebagian besar dalam berbagai gradasi warna biru karena pewarnaannya menggunakan teknik pewarnaan tradisional aizome dan kimono. Yang lainnya memiliki berbagai pernak-pernik menarik, yang semuanya dibuat menggunakan proses pewarnaan tradisional yang sama seperti dompet, tas, kain, kotak hanko, tatakan gelas, dan banyak lagi. Bagi Anda yang tertarik dengan seni dan kerajinan tradisional, atau mencari sesuatu yang khas dari Iwate, kunjungan ke toko pewarnaan Nambu saat berada di Morioka adalah hal yang harus dimasukkan dalam setiap rencana perjalanan apa pun.