Kuil Hokkeji

Kuil bekas bangunan para biarawati Budha

Kuil Hokkeji, terletak tepat di sebelah timur dari lokasi istana Imperial Heijo, berjarak sekitar 1,5 km dari taman Nara, dan awalnya merupakan sebuah bidara yang dibangun oleh Permaisuri Komyo pada abad ke-7 sebagai pusat seluruh nunnery (tempat para biarawati). Biara tersebut telah dibangun sebagai tempat tinggal utama oleh ayahnya Fujiawa Fubito dan direnovasi menjadi sebuah biara. Permaisuri tersebut merupakan penganut setia ajaran Budha yang mendirikan pagoda lima lantai dan monumen barat di Kokufuji dalam doa untuk mendiang ibunya. Permaisuri Komyo memiliki belas kasih yang tinggi, dan senantiasa merawat orang-orang miskin dan sakit pada masa itu. Pembangunan Hokkeji pada waktu itu pun memang bertujuan untuk kemerdekaan perempuan pada umumnya dan mengabdikan hidupnya untuk perkembangan ajaran Budha di negara ini.

Ada beberapa struktur bangunan di dalam kompleks Hokkeji: aula doa utama, tempat pemandian, taman khas Jepang, serta menara lonceng. Aula utama dibangun pada masa periode Tempyo sekitar 1200 tahun yang lalu atau 810 SM. Aula tersebut kemudian hancur terbakar oleh api, dan bangunan yang sekarang telah berdiri sejak tahun 1601. Di dalam aula terdapat patung utama yakni Kannon berkepala sebelas, yang dianggap sebagai karya ukiran kayu terbaik di Jepang. Ada empat raja Deva yang mengelilingi patung tersebut. Sayangnya dilarang mengambil foto di dalam bangunan sehingga saya tidak dapat mengambil foto apapun. Di pojok aula doa utama terdapat patung Yuima, Kannon dan tiga kepala besar yang merupakan bagian dari patung ketika biara tersebut didirikan pada abad ke-8, yang semuanya dianggap sebagai harta nasional. Patung Yuima adalah salah satu contoh karya kayu pernis terbaik dari abad ke-8 di negeri ini. Konon katanya, Yuima-koji adalah orang awam yang berusaha keras untuk mempelajari tentang ajaran Budha dan prinsip-prinsipnya.

Ketika memasuki gerbang utama, Anda akan melihat menara lonceng di depan aula utama. Menara lonceng ini digunakan untuk memanggil orang-orang untuk berdoa, dibangun pada tahun 1601, dan merupakan penanda dari Periode Momoyama. Di balik Menara Lonceng terdapat taman yang memakan sekitar seperempat wilayah kompleks kuil. Di tengahnya terdapat sebuah kolam kecil yang memungkinkan siapapun untuk berjalan-jalan dan melihat bagian dari kompleks biara. Tempat ini dibangun selama periode Momoyama dan menyerupai taman Imperial Kyoto. Hari ketika saya pergi merupakan sebuah hari yang mendung di awal musim gugur, sehingga saya tidak begitu takjub akan warna-warna yang ada dibanding apabila saya pergi di waktu lain pada tahun yang sama. Di belakang bangunan utama terdapat bekas pemandian di mana permaisuri Komyo merawat yang sakit dan tertekan 1200 tahun yang lalu. Beberapa hal yang menarik di sana adalah rumah bergaya peternakan tradisional Jepang yang berasal dari abad ke-18, yang pada tahun 1961 telah ditransplantasikan ke lokasi ini dan dibangun kembali. Hal lain yang menonjol selain itu adalah atap jerami bertingkat (konstruksi tersebut didesain agar salju berat dapat jatuh dan tidak menghancurkan atap) selama musim dingin yang memberikan penyekatan sempurna. Langit-langit anyaman bambu yang rumit di dalam rumah pun merupakan ciri yang pelik dari konstruksi rumah tersebut.

0
1
Apakah artikel ini bermanfaat?
Help us improve the site
Give Feedback

Gabung diskusi

Odilia Sindy Okinawati 7 tahun yang lalu
Penasaran dengan pemandian Permaisuri Komyo nya hehehe

Thank you for your support!

Your feedback has been sent.