Hokuriku Arch Pass: Satu 'tuk Semua

Jadwal perjalanan dengan kereta melalui tujuh prefektur

Gabungan antara pegunungan Jepang, garis pantai yang indah dan kota-kota historis, juga budaya juga kuliner yang kaya, area Hokuriku menjadi sesuatu yang sayang jika terlewatkan dari perjalanan ke Jepang.

Untuk perjalanan terakhir saya, saya membeli Hokuriku Arch Pass. Dirilis di April 2016, kartu kereta ini menawarkan pengunjung Jepang perjalanan tak terbatas untuk tujuh hari di Shinkansen (kereta super cepat) Hokuriku dan beberapa kereta lainnya antara Tokyo dan Kyoto, via Saitama, Gunma, Nagano, Niigata, Toyama, Ishikawa, Fukui dan prefektur Shiga. Dengan meng-cover area yang luas dan bervariasi, kartu kereta ini menawarkan akses yang cocok untuk semua.

Sebelum berangkat ke Tokyo, saya mencari apa hal-hal yang menarik di sana. Walaupun Tokyo Sky Tree biasanya penuh, pemandangan menakjubkan antara kota dan Gunung Fuji tetap membuatnya menjadi atraksi yang wajib dikunjungi, apalagi di musim dingin saat biru langitnya sangat indah. Area di sekitar tower penyiaran yang merupakan tempat berdiri bebas yang tertinggi di dunia juga menyenangkan, dengan banyak aktivitas musiman dan makanan untuk dicoba.

Praktisi pemula bela diri akan suka atraksi memecahkan genteng-ubin yang ditawarkan di Togoshi-Ginza. Sambil menjalankan bisnis genteng, pemilik bisnis mengembangkan ubin dengan alur khusus di tengahnya yang membuat mudah untuk dihancurkan dengan kontak minimal. Rombongan saya berkesempatan untuk mengenakan jaket dan sarung tangan happi (pakaian gaya Jepang), mencoba menghancurkan setumpuk ubin dengan menggunakan gerakan karate: benar- benar sebuah pengalaman unik.

Untuk mengisi energi kembali, kami menikmati sebuaj sajian tradisional untuk pegulat/ pesumo: chanko-nabe (sebuat hot pot berisi daging, ikan dan sayuran), di area Sumo, Ryogoku. Arena sumo dengan ukuran sebenarnya serta memorabilia dan suvenir sumo di kompleks tersebut membuatnya sangat special.

Dari sumo ke salju, kami selanjutnya mengarah ke Kota Nagano, dimana kami mengunjungi Kuil Zenkoji. Berdiri semenjak 1400 tahun yang lalu, struktur yang indah ini dipercaya menjadi satu-satunya kuil di Jepang yang didirikan oleh seorang warga, bernama Yoshimitsu.

Ada legenda yang menceritakan bahwa Ia mendengar suara yang berasal dari patung suci yang ditelantarkan dan kemudian akhirnya Ia membuat tempat penyembahan di rumahnya. Selanjutnya, Ia membuat sebuah kuil untuk mengakomodir kunjungan banyak orang. Untuk alasan ini, Kuil Zenkoji selalu menjadi sebuah kuil tanpa sekte atau aliran agama tertentu dan untuk laki-laki dan perempuan, bahkan saat wanita tidak terlalu disambut di tempat-tempat suci di Jepang.

Sejak zaman dahulu kala, orang-orang dari seluruh penjuru Jepang telah dianjurkan untuk mengunjungi kuil ini setidaknya satu kali, yang akhirnya menjadikan banyak peziarah. Replika dari sepatu tradisional yang terbuat dari jerami menghiasi pintu masuknya.

Atraksi utamanya termasuk patung Obinzuru-sama. Menurut tradisi, dengan menggosok bagian dari patung di tempat tubuhmu yang memiliki penyakit, maka akan diangkat penyakitnya. Ini menyebabkan beberapa permukaan di patung tersebut terlihat sangat halus dengan beberapa bagian terlihat sering disentuh.

Kami juga menyusuri koridor-koridor yang sangat gelap di bawah aula utama, meraba-raba mencoba mencari kunci di satu sisi dinding. Jika menemuinya, kita akan dijamin masuk menuju surga. Gelap dan sempit, dengan semua alat yang bisa menghasilkan cahaya dilarang dinyalakan, jalurnya terlihat sempurna dengan pantulan cahayanya di kuil yang membentang dengan indahnya.

Pemberhentian berikutnya adalah menikmati hutan di area dataran tinggi Togakushi menuju ke Kuil Togakushi. 2km jalur pohon cemara menyambut dan membimbing Anda menuju kuil yang tingginya 45 meter dan telah berusia 400 tahun.

Saat kami menaiki rangkaian bus dan kereta gantung di seberang Tateyama Kurobe jalur Alpine, saya terpana dengan perubahan pemandangan yang mengagumkan, dari warna-warna musim gugur di dataran rendah sampai ke puncak bersalju di Taman Nasional Gunung Chubu. Kami menikmati pemandangan dramatis di Bendungan Kurobe, nikmati pemandangan yang panoramic, ketenangan dan langit berbintang yang mempesona di Hotel Tateyama, salah satu akomodasi dengan tempat tertinggi di dunia.

Kembali lagi di dataran yang lebih rendah, di Kota Toyama, kami mengunjungi Museum Seni Mori Shisui, yang memamerkan salah satu koleksi pedang Jepang terbanyak. Sebagai salah satu yang dahulunya merupakan pusat produksi pedang penting di Jepang, Toyama adalah kampung halaman dari beberapa pandai besi paling terkenal di Jepang, para ahli membuat pedang dengan bentuk dan panjang yang bervariasi yang bisa ditemukan.

Kami juga mengunjungi salah satu atraksi / tempat budaya terbaru di kota tesebut, Museum Seni dan Desain Prefektur Toyama. Hal-hal yang menarik meliputi ruangan interaktif, diama para pengunjung dapat menggerakkan tubuhnya terus menerus untuk menciptakan karya seni dengan warna di layar besar, dan juga bagian atapnya yang bernama Onomatopoeia. Terinspirasi dari kata-kata Jepang yang merupakan tiruan dari suara onomatopoeic, masing-masing perabotan di tempat bermainnya sangat menyenangkan untuk dewasa dan anak-anak.

Pemberhentian selanjutnya membawa kami ke rute utama Hokuriku Arch Pass, ke alun-alun lama Takayama, di Prefektur Gifu. Sekitar 400 tahun yang lalu kota ini berkembang menjadi kota kastil, yang menggambarkan kemakmuran yang hebat. Bahkan hari ini, bukti dari sejarah tetap menjadi sebuah gedung tradisional yang sangat indah yang mewakilkan periode tersebut, yang tetap dijaga hingga kini. Berjalan-jalan sepanjang jalan yang sepi, yang sekarang kebanyakan menjadi toko, restauran, dan museum, atau berkunjung ke pasar pagi setempat sepanjang sungai untuk menemukan souvenir unik dan lokal.

Dekat dengan alun-alun lama, kami menikmati makan siang yang lezat dengan sajian sapi Hida, daging yang lembut, yang berpola seperti marmer (marbled) yang dibesarkan di daerah pegunungan Prefektur Gifu. masing-masing porsi disajikan masing-masing di kompor kecil yang didekorasi dengan rumit dan detail, yang disajikan dengan sup miso lokal dengan sayuran yang sedang musim saat itu.

Setelah berenergi kembali, kami pergi menuju Shirakawa-go, pemberhentian terakhir dari perjalanan kami. Dengan warna-warna musim gugur, Situs Budaya UNESCO yang dikenal dengan rumah-rumah gassho (dengan atap jerami runcing dan curam) terlihat menakjubkan jika terlihat dari kejauhan maupun dari dekat jika kita sudah berjalan masuk ke desa.

Kami mengunjungi Rumah Wada, salah satu rumah yang dulunya digunakan untuk membuat sutra, dengan memanfaatkan area kerja yang tersedia di bawah atapnya yang curam. Artifak asli dan perawatan keaslian dari gedung tersebut membuatnya sebuah pengalaman mengesankan untuk mengakhiri perjalanan dengan menggunakan Hokuriku Arch Pass.

Kunjungi website resmi Hokuriku Arch Pass di sini:
http://hokuriku-arch-pass.com/en/

Baca artikel terkait untuk contoh perjalanan dengan menggunakan Hokuriku Arch Pass di sini:
https://en.japantravel.com/guide/arching-over-japan-s-mountains-to-kansai/43101

0
0
Apakah artikel ini bermanfaat?
Help us improve the site
Give Feedback

Tinggalkan komentar

Kembali ke konten

Thank you for your support!

Your feedback has been sent.