Bukit Pasir di Tottori

Melangkah pelan untuk mencapai puncaknya

Ketika tahu di Jepang ada gurun pasir, saya langsung merencanakan perjalanan ke sana karena ingin melihat langsung yang namanya padang pasir. Tapi karena musim panas, saya sengaja menunggu hingga akhir musim, dengan harapan bisa bertahan jika nanti mataharinya sangat terik.

Pada hari yang telah ditentukan, saya pun berangkat dengan kereta menuju Stasiun Tottori dari Kyoto, menggunakan 18 kippu yang masih tersisa. Setibanya di Tottori, saya langsung menyeberangi taman besar yang ada di depan stasiun, menuju halte bus. Tidak lama menunggu, tibalah bus yang perhentian akhirnya persis di depan areal padang pasir.

Dari pangkalan bus ini, saya tinggal menyeberang jalan saja untuk bisa langsung melihat hamparan pasir yang kemarin-kemarin saya lihat di internet. Arealnya sangat luas dan gundukan raksasa pasir yang seperti rangkaian pegunungan itu ada di ujung sana. Warna pasirnya krem-kekuningan. Di kejauhan, saya melihat manusia yang ada di sekitar bukit seperti semut yang bertebaran.

Yang unik dari gurun pasir Tottori ini adalah lokasinya yang di pinggir laut dan ada banyak vegetasi di beberapa tempat. Jadi jangan bayangkan padang pasir seperti di Afrika, yang gersang dan membentang luas tanpa tahu ujungnya. Untuk mencapai pantai, saya harus berjalan ke arah bukit pasir. Dan ini tidak bisa berjalan cepat karena kaki agak berat melangkah di tengah pasir yang kering dan lembut, dan semakin terasa berat ketika mendaki ke puncaknya.

Berjalan di pasir yang datar saja saya kesusahan, apalagi ketika mendaki. Dari jauh tadi, bukit pasir ini terlihat pendek, tapi ketika dekat, ternyata lumayan tinggi. Karena mau cepat sampai, saya pun sengaja naik dari sisi yang paling rendah.

Dari atas puncak bukit pasir ini, saya bisa menyaksikan samudera luas yang sangat tenang dengan warna biru tuanya yang misterius. Ada pulau kecil di tengahnya. Terlihat juga mereka yang baru datang dan berjalan mendekat ke arah tempat saya berdiri. Di beberapa lereng pasir, tampak barisan lubang-lubang bekas jejak kaki pengunjung. Dan di bawah sana, ada beberapa orang yang mencoba menyentuh air laut. Sementara saya, hanya berusaha menikmati keindahan yang ada dengan duduk menjulurkan kaki menghadap ke lautan lepas.

Setelah puas meresapi pesona padang pasir mini ini, saya pun beranjak pulang. Sekali lagi, sambil berjalan saya perhatikan sekeliling, dan melihat ada beberapa ekor unta. Rupanya, pengunjung bisa menyewanya untuk berkeliling di padang pasir ini, seolah di Afrika.

0
0
Apakah artikel ini bermanfaat?
Help us improve the site
Give Feedback

Tinggalkan komentar

Thank you for your support!

Your feedback has been sent.